Selasa, 07 Agustus 2018

Satu Menjadi Dua, Haruskah?

Menjalani sebuah pernikahan bukanlah hal mudah. Menyatukan dua pribadi dengan sifat yang berbeda tentulah membutuhkan proses dan waktu yang tidak sebentar. Namun, dibalik itu semua banyak kebahagian dan tentunya keseruan yang akan kita temui saat menjalani sebuah pernikahan. Hal-hal baru menjadi sebuah cerita dan kenangan yang mungkin tak akan bisa terulang.

Sering berjalannya waktu, kita menemukan banyak hal yang cukup mengejutkan. Kebiasaan yang berbeda serta ego dari masing-masing pasangan, seringkali menjadi awal dari sebuah pertengkaran. Pertengkaran menjadi sebuah bumbu dalam mahligai pernikahan. Jika  pertengkaran sering terjadi dan masing-masing pasangan tidak ada yang mau mengalah, maka hal ini dapat berakibat buruk. Bukan saja menguras emosi juga dapat menggoyahkan mahligai pernikahan itu sendiri. 

Penyebab sebuah pertengkaran bisa karena hal-hal kecil, bisa juga karena hal yang lebih sensitif, seperti :

1.  Belum hadirnya buah hati
2. Hadirnya orang ketiga.
3. Kurangnya waktu berdua.

Hal-hal tersebut membuat sebuah pernikahan dapat berujung pada perceraian. Tapi apakah semua pertengkaran dalam pernikahan harus berujung perceraian? Tentunya tidak. Sebuah pertengkaran dapat kita selesaikan dengan cara duduk bersama pasangan. Kita dapat bersama-sama berbicara dengan hati dan kepala dingin untuk mencari solusi dari pertengkaran dan masalah yang ada. Bukankah diawal pernikahan kita bertujuan menyatukan dua hati menjadi satu dan bukan merubah satu menjadi dua.


Semua pertengkaran tidak selalu berakhir dengan perceraian, selama setiap pasangan mau menerima kekurangan pasangannya dan menyingkirkan ego masing-masing. Jika ternyata duduk berdua masih belum dapat menyelesaikan pertengkaran.  Alangkah baiknya kita meminta bantuan orangtua dalam memberikan saran ataupun solusi, yang mungkin tidak terpikir oleh kita sebelumnya. Sebuah pertengkaran justru akan membawa kita pada satu pelajaran berharga dalam mahligai pernikahan. Bahwasannya perbedaan menjadikan ragam dalam pernikahan dan pertengkaran adalah bumbu yang akan membuat pernikahan lebih indah lagi. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

15 komentar:

  1. Sedih banget kalo terus mempertahankan ego masing masing...buat apa..

    BalasHapus
  2. Nggak asyik Mbak kalau tidak pernah bertengkar. Yang penting bertengkarnya jangan lama-lama yah, setelah bertengkar biasanya makin mesra. hehehe

    BalasHapus
  3. Ya, saya juga sering berantem tapi ya balik lagi. Bernatem jadi bumbu aja biar semakin lengket

    BalasHapus
  4. Pelajaran banget buat saya nih hehe. Nanti kalo udah nikah harus bisa sabar-sabar sama ego sendiri dan pasangan, biar nanti setelah berantem bisa makin mesra lagi yes hehehe.

    BalasHapus
  5. Ber-rumah tangga itu asik banyak seninya. Sayang, cinta, cemburu, kesal, bahagia menjadi aroma keseharian. Siapa yang busa memanage dengan baik saat ada selisih paham, insya allah langgeng. Semoga diantara kita yamg sudah menikah selalu bahagian dalam auka dan duka dengan pasangan masing-masing, Aamiin..

    BalasHapus
  6. Perbedaan menjadikan ragam dalam pernikahan dan pertengkaran adalah bumbu yang akan membuat pernikahan lebih indah lagi...setuju sekali. Alhamdulillah 16 tahun menikah pertengkaran pasti ada, jadi bumbu rumah tangga:)

    BalasHapus
  7. kalau egonya msih pada kuat, jadi semakin susah

    BalasHapus
  8. Harus bisa saling memahami jika yg satu marah yg satu mesti menjadi pendengar. Nanti dibicarakan jika suasana sudah mulai dingin. Biasanya seorang istri lebih piawai mengendalikan suasana.

    BalasHapus
  9. Setiap rumah tangga pastilah ada berantem-berantemnya. Kalo engga mah ga lengkap. Kayak ambulance tanpa wiu wiu ... 😁

    BalasHapus
  10. Setujuuu...hrs saling mengisi dan siap menerima perbedaan

    BalasHapus
  11. Pernikahan melibatkan dua orang, itu seperti dua sayap merpati, sama-sama penting dan saling membutuhkan

    BalasHapus
  12. Semoga kita senantiasa diberi stok sabar ya mbak. Sehingga bisa memgesampingkan ego masing masing.

    BalasHapus
  13. Pernikahan memang membutuhkan kedewasaan dari kedua belah pihak mengingat tidak pernah diajarkan materinya selama di bangku sekolah.

    BalasHapus
  14. Menikah itu memang susah, tapi anehnya banyak orang yang mau ya hahahaa.. kuncinya mah komunikasi dan keterbukaan. Cinta aja nggak cukup untuk membuat pernikahan langgeng selalu. Harus saling menghargai satu sama lain.

    BalasHapus
  15. Berantemnya saya dulu sering kurang waktu berduaan, heheh.. bener banget bunda.. kalau udah susah berdua komunikasi jadi macet, lah salah paham malah muncul.. semangat kencan abis merid ya mbak😁

    BalasHapus