Minggu, 26 Agustus 2018

Senyummu, Surga Bagiku




Saat melihat foto diatas, rasanya begitu menyedihkan ya? Rasanya ekspresi wajah seperti itu banyak atau pernah kita lihat. Terkadang membuat kita penasaran dan menduga-duga apa yang terjadi dengannya. Jika ternyata dia adalah seorang perempuan yang sudah menikah atau seorang ibu, pasti yang terlintas dipikiran kita adalah karena ada sangkutpautnya dengan urusan anak atau suaminya.

Dalam sebuah rumah, ada kalanya terdengar suara canda tawa namun terkadang terdengar isak tangis. Hal itu adalah lumrah dalam sebuah keluarga, namun jika ternyata seorang perempuan atau ibu yang menangis tentu akan beda artinya. Bisa jadi menangis karena bahagia ataupun karena hal yang membuatnya sakit dan sedih. Seorang ibu dalam sebuah keluarga layaknya sebuah cahaya bagi seluruh anggota keluarga. Jika cahayanya redup, maka rumah akan terasa begitu hampa dan terasa tak ada kehidupan.

Seorang ibu atau perempuan adalah sosok tangguh yang mampu menahan beban seberat apapun. Seorang perempuan dan seorang ibu dapat menjadi apapun yang dibutuhkan keluarganya. Memainkan banyak peran bagi buah hati dan suami, dapat melakukan beberapa hal dalam waktu yang bersamaan. Saat dirinya lelah dan sedihpun, dia dapat menyembunyikan demi kebahagiaan keluarganya. Namun saat beban itu telah melampui batas yang mampu ditahannya, dia pun akhirnya akan melimpahkannya melalui tangisan.

Inilah saatnya sang suami lebih peka dan memperhatikan perubahan yang ada pada dirinya. Jangan karena perempuan berkata “tidak ada apa-apa” namun ekspresi wajah justru sebaliknya dan sang suami tak berusaha mencari tahu. Inilah saatnya suami berperan lebih dari biasanya. Mungkin sang istri terlalu lelah atau takut akan menambah beban  pikiran pada suaminya. Setangguh apapun perempuan, dia tetap seorang manusia yang butuh waktu untuk dirinya sendiri juga seseorang untuk bersandar saat lelah mendatanginya.
Jangan biarkan cahaya dalam rumah redup bahkan mati karena sang penerang terlampau lelah dan sedih. Jangan biarkan ada airmata dalam kesehariannya. Saat seorang perempuan atau ibu merasa lelah atau sedih maka rumah akan terasa berbeda. Berikan waktu bagi sang istri untuk dapat menikmati sehari tanpa harus disibukkan dengan urusan rumah. Atau ajaklah berliburan agar wajahnya kembali cerah ceria karena senyum seorang ibu adalah kebahagiaan bagi seluruh isi rumah. Senyum dan kebahagiaan seorang ibu merupakan surga bagi sebuah rumah.


#MakMoodmenulis
#TantanganmenulisMakmood4

Selasa, 07 Agustus 2018

Satu Menjadi Dua, Haruskah?

Menjalani sebuah pernikahan bukanlah hal mudah. Menyatukan dua pribadi dengan sifat yang berbeda tentulah membutuhkan proses dan waktu yang tidak sebentar. Namun, dibalik itu semua banyak kebahagian dan tentunya keseruan yang akan kita temui saat menjalani sebuah pernikahan. Hal-hal baru menjadi sebuah cerita dan kenangan yang mungkin tak akan bisa terulang.

Sering berjalannya waktu, kita menemukan banyak hal yang cukup mengejutkan. Kebiasaan yang berbeda serta ego dari masing-masing pasangan, seringkali menjadi awal dari sebuah pertengkaran. Pertengkaran menjadi sebuah bumbu dalam mahligai pernikahan. Jika  pertengkaran sering terjadi dan masing-masing pasangan tidak ada yang mau mengalah, maka hal ini dapat berakibat buruk. Bukan saja menguras emosi juga dapat menggoyahkan mahligai pernikahan itu sendiri. 

Penyebab sebuah pertengkaran bisa karena hal-hal kecil, bisa juga karena hal yang lebih sensitif, seperti :

1.  Belum hadirnya buah hati
2. Hadirnya orang ketiga.
3. Kurangnya waktu berdua.

Hal-hal tersebut membuat sebuah pernikahan dapat berujung pada perceraian. Tapi apakah semua pertengkaran dalam pernikahan harus berujung perceraian? Tentunya tidak. Sebuah pertengkaran dapat kita selesaikan dengan cara duduk bersama pasangan. Kita dapat bersama-sama berbicara dengan hati dan kepala dingin untuk mencari solusi dari pertengkaran dan masalah yang ada. Bukankah diawal pernikahan kita bertujuan menyatukan dua hati menjadi satu dan bukan merubah satu menjadi dua.


Semua pertengkaran tidak selalu berakhir dengan perceraian, selama setiap pasangan mau menerima kekurangan pasangannya dan menyingkirkan ego masing-masing. Jika ternyata duduk berdua masih belum dapat menyelesaikan pertengkaran.  Alangkah baiknya kita meminta bantuan orangtua dalam memberikan saran ataupun solusi, yang mungkin tidak terpikir oleh kita sebelumnya. Sebuah pertengkaran justru akan membawa kita pada satu pelajaran berharga dalam mahligai pernikahan. Bahwasannya perbedaan menjadikan ragam dalam pernikahan dan pertengkaran adalah bumbu yang akan membuat pernikahan lebih indah lagi. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.